Kamis, 06 Juni 2013
Rabu, 01 Mei 2013
Definisi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Pengertian Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas,
yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk
keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang
strategis untuk pengambilan keputusan.
Teknologi ini menggunakan
seperangkat komputer untuk mengolah data, system jaringan untuk menghubungkan
satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan
teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara
global. Arti teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti
tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program
pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan sudah
merupakan kelaziman. Membantu menyediakan komputer dan jaringan yang
menghubungkan rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan administrator sekolah.
Semuanya dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih menggunakan komputer
pribadi. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah
mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang
kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains,
teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama
antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang
lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi,
ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari
kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan
e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara
elektronik.
1. Menyadarkan kita akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari teknologi ini sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
2. Memotivasi kemampuan kita agar bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan TIK, sehingga bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan sehari hari secara mandiri dan lebih percaya diri.
3. Mengembangkan kompetensi kita dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari hari.
4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis TIK, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong kita lebih terampil dalam berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.
5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggung jawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah sehari hari.
Definisi Kurikulum
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum
lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi
dalam proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell
(1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : “
…the curriculum has changed from content of courses study and list of
subject and courses to all experiences which are offered to learners
under the auspices or direction of school.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
- kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
- kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
- kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
- kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Media Pembelajaran
Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli - Media berasal dari kata “Medium”, yang
berasal dari bahasa latin “Medium” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media ini mengarah pada sesuatu yang menjadi penghantar untuk
meneruskan suatu informasi dari sumber informasi kepada penerima
informasi.
Pengertian Media Pembelajaran - Media merupakan suatu
wadah atau sarana dalam menyampaikan suatu informasi dari pengirim
kepada penerima. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat
digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. (Latuheru. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Depdikbud. 1988. Hlm 11)
Banyak batasan-batasan yang diberikan dalam memberikan pengertian media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan atau Association of Education and Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Batasan yang lain juga diberikan oleh Asosiasi pendidikan Nasional atau Education Association (NEA) yang membatasi media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun Audio-Visual serta peralatannya serta media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar, dilihat dan dibaca. (Sadiman. Media Pendidilkan Pengertian, Pengembanagn dan Pemanfaatan. Jakarta : CV. Raja Wali .1984. Hlm 6)
Banyak batasan-batasan yang diberikan dalam memberikan pengertian media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan atau Association of Education and Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Batasan yang lain juga diberikan oleh Asosiasi pendidikan Nasional atau Education Association (NEA) yang membatasi media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun Audio-Visual serta peralatannya serta media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar, dilihat dan dibaca. (Sadiman. Media Pendidilkan Pengertian, Pengembanagn dan Pemanfaatan. Jakarta : CV. Raja Wali .1984. Hlm 6)
Beberapa ahli telah memberikan batasan mengenai pengertian media, yaitu antara lain:
- Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah. (Hamalik. Media Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. 1994. Hlm 12)
- Danim menyatakan bahwa media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa dengan peserta didik. (Sudarman, Danim. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara,. 1995. Hlm 97)
- Wildbur schraman menyebutkan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan instruksional.
- Lislie. J. Briggs menjelaskan bahwa media adalah sarana fisik untuk menyampaikan materi atau isi pengajaran, seperti buku, film, slide dan lain-lain. (Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. 1993. Hlm 197)
- Heinich dkk mengatakan bahwa medium sebagai perantara mengantarkan informasi antara sumber dan penerima pesan. (Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2002. Hlm 4)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa:
- Media merupakan wadah atau perantara pesan yang oleh sumber pesan atau pengaruhnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan.
- Materi yang ingin disampaikan adalah pesan instruksional.
- Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada penerima pesan (anak didik). (Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. 1993. Hlm 197-198)
Sebelum
istilah media digunakan dan popular, dalam dunia pendidikan sudah
berkembang kata atau istilah yang bermakna sama yang sudah digunakan.
Pertama dipakai istilah “alat peraga” kemudian “Audio Visual Aids”,
kemudian selanjutnya disebut “Instrucsional Materials” yang akhirnya
sekarang ini digunakan adalah “Media Pembelajaran”. Gagne dan Brings. (Latuheru. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini.
Jakarta : Depdikbud. 1988. Hlm 14) mengatakan bahwa media pembelajaran
adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran.
Pengertian Teknologi Pendidikan
AECT (1972):
Educational
tehcnology is a field involved in the facilitation of human learning
through the systematic identification, development, organization and
utilization of full range of learning resources and through the
management of these process.
Teknologi
pendidikan adalah satu bidang/disiplin dalam memfasilitasi belajar
manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengeorgnasiasian dan
pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui
pengelolaan proses kesemuanya itu.
Serupa
tapi tak sama, bukan? Berdasarkan pengertian ini, jelas dikatakan
bahwa teknologi pendidikan adalah suatu disiplin ilmu yang memfokuskan
diri dalam upaya memfasilitasi belajar pada manusia. Jadi obyek formal
teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah bagaimana
memfasilitasi belajar. Dengan cara apa? Melalui identifikasi,
pengembangan, pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis
seluruh sumber belajar. Disamping itu, melalui pengelolaan yang baik dan
tepat terhadap proses daripada pengembangan, pengeorgnasiasian dan
pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar tersebut.
AECT (1977):
Teknologi
Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang,
prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam
segala aspek belajar manusia.
Ini
adalah definisi yang paling “ribet” menurut saya. Tapi, sudah jelas
menurut pengertian ini bahwa obyek formal teknologi pendidilkan adalah
memecahkan masalah belajar manusia. Dilakukan dengan cara menganalisis
maslah terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan, menilai dan
mengelola pemecahan masalah tersebut.
AECT (1994):
Teknologi
Instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan,
memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses maupun
sumber-sumber belajar.
Definisi
ini lebih operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang menurut saya
terlalu rumit. Definisi ini menegaskan adanya lima domain (kawasan)
teknologi pembelajaran, yaitu kawasan desain, kawasan pengembangan,
kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan penilaian baik
untuk proses maupun sumber belajar. Seorang teknolog pembelajaran bisa
saja memfokuskan bidang garapannya dalam salah satu kawasan tersebut.
Tom Cutchall (1999)
Instructional
technology is the research in and application of behavioral science
and learning theories and the use of a systems approach to analyze,
design, develop, implement, evaluate and manage the use of technology
to assist in the solving of learning or performance problems.
Definisi
menurut Cutchal ini sama seperti definisi AECT 1994. Dia menekankan
bahwa teknologi pembelajaran merupakan penelitian dan aplikasi ilmu
prilaku dan teori belajar dengan menggunakan pendekatan sistem untuk
melakukan analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dan
pengelolaan penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan masalah
belajar dan kinerja. Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi
(soft-technology maupun hard-technology) untuk membantu memecahkan
masalah belajar dan kinerja manusia.
AECT (2004):
Educational
technology is the study and ethical practice of facilitating learning
and improving performance by creating, using, and managing appropriate
technological processes and resources.
Ini
adalah definisi terbaru yang menyatakan bahwa teknologi pendidikan
adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan
meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan,
menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber
teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk
memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) dan
meningkatkan kinerja
Ada tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu pendekatan sistem, berorientasi pada siswa, dan pemanfaatan pada sumber belajar (Sadiman, 1984). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembela-jaran perlu didisain atau dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural me-liputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi pembelajar-an (IDI model, 1989). Prinsip berorientasi pada siswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran, siswa hendaknya dapat memanfa-atkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar siswa.
Teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai mekanisme untuk men-distribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio dan televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer. Pada bahan diklat ini, pengertian teknologi di-dasarkan pada definisi ini. Mungkin Anda bertanya, kalau begitu apa yang di-sebut media? Pengertian media dalam materi diklat ini ialah diambil dari CISAER (2003). CISAER mendefinisikan media dalam pembelajaran seba-gai pesan yang didistribusikan melalui teknologi, terutama teks dalam bahan ajar cetak dan dalam jaringan komputer, bunyi dalam audio-tape dan siaran radio, serta teks, suara dan/atau gambar pada telekonferensi.
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran mengarah pada penggunaan internet atau jaringan komputer. Petherbridge dan Chapmen (2007) melapor-kan bahwa teknologi internet yang digunakan dalam pembelajaran tumbuh dari 4.000 satuan kredit semester pada tahun 2000 menjadi lebih dari 19.000 satuan kredit semester pada tahun 2005. Sedangkan penggunaan teknologi la-innya dalam pembelajaran, seperti siaran TV dan radio, DVD, video, relatif tetap setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena teknologi internet mampu me-nyampaikan pesan secara mutimedia, baik teks, suara, gambar diam, maupun gambar bergerak. Selain itu, teknologi internet memungkinkan penyampaian pesan secara langsung (synchronous) seperti siaran TV atau radio atau pe-nyampaian pesan secara tidak langsung (asynchronous) seperti video, kaset, dan buku. Dengan fleksibilitas yang dimiliki teknologi internet, tidak meng-herankan bila perkembangan penggunaan teknologi dalam pembelajaran me-ngarah pada penggunaan internet. Pada umumnya yang dimaksud dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran ialah penggunaan intenet untuk pembelajaran. Oleh karena itu, dalam paparan ini akan lebih ba-nyak dibahas mengenai penggunaan internet untuk pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidi-kan adalah bagaimana siswa dapat belajar dengan cara mengidentifikasi, me-ngembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditan-dai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa tek-nologi pendidikan adalah teori dan praktik dalam hal rancangan, pengembang-an, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi terhadap sumber dan proses un-tuk belajar (Barbara, 1994).
Teknologi dalam pembelajaran telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan inter-aksi tatap muka antara guru dan siswa baik di kelas maupun di luar kelas se-hingga teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai media untuk mendis-tribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer.
Dengan demikian teknologi yang secara langsung relevan dengan pem-belajaran adalah disesuaikan dengan makna pembelajaran itu sendiri. Ase Su-herlan (2000: 48) mengemukakan bahwa pembelajaran teknologi pada haki-katnya merupakan komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik di antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan lingkungan be-lajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dari makna pembelajaran di atas terdapat makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung unsur ko-munikasi dan Informasi.
Pengertian E-Learning Menurut Para Ahli
Definisi E-Learning Menurut Para
Ahli
Banyak pakar yang menguraikan definisi e-learning dari
berbagai sudut pandang. Definisi yang sering digunakan banyak pihak adalah
sebagai berikut :
- E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain [Hartley, 2001].
3. Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning.
4. Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e”atau singkatan dari elektronik dalam e-learning di -gunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Atau e-learning didefinisikan sebagai berikut : e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses.
5. Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang Pe-ngajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN,atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
6. Ong (dalam Kamarga, 2002)mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem atau
konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar
mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning.
Keuntungan menggunakan e-learning diantaranya :
a.
Menghemat
waktu proses belajar mengajar.
b.
Mengurangi
biaya perjalanan.
c.
Menghemat
biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku).
d.
Menjangkau
wilayah geografis yang lebih luas.
e.
Melatih
pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
E-LEARNING
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu
konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi
tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan
e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi
pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi
(contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak
diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi
e-learning khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan
universitas).Beberapa perguruan tinggi
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen
(tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di
kelas (Wildavsky, 2001; Lewis, 2002). Namun, beberapa perguruan tinggi
lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi mahasiswa
yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara
tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai option
(pilihan) bagi mahasiswa.
Kecenderungan untuk mengembangkan
e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai
lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan
perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur
di bidang telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-learning
tidak lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi secara
bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh mereka yang berada di
kota-kota di tingkat kabupaten. Artinya, masyarakat yang berada di
kabupaten telah dapat menggunakan fasilitas internet.
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di
perguruan tinggi di Indonesia semakin kondusif dengan diterbitkannya
Surat Keputusan Menteri Departemen Pendidikan Nasional (SK Mendiknas)
tahun 2001 yang mendorong perguruan tinggi konvensional untuk
menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (dual mode). Dengan iklim yang
kondusif ini, beberapa perguruan tinggi telah melakukan berbagai
persiapan, seperti penugasan para dosen untuk (a) mengikuti pelatihan
tentang pengembangan bahan belajar elektronik, (b) mengidentifikasi
berbagai platform pembelajaran elektronik yang tersedia, dan (c)
melakukan eksperimen tentang penggunaan platform pembelajaran elektronik
tertentu untuk menyajikan materi perkuliahan.
II. PENGERTIAN DAN MANFAAT E-LEARNING
Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun
1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk
mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara
lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual
learning, atau web-based learning.Ada 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning), yaitu: (a) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (“jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat saja mencakup LAN atau WAN). (Website eLearners.com), (b) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan (c) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan (Newsletter of ODLQC, 2001). Di samping ketiga persyaratan tersebut di atas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya: (a) lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning, (b) sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet, (c) rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar, (d) sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar, dan (e) mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Dengan demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey, 2001).
Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995) dan Wulf (1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Dengan demikian diharapkan penerapan e-learning di perguruan tinggi dapat memberikan manfaat antara lain :
- Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan dengan dosen
- Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas
- E-learning yang dikembangkan secara benar akan efektif dalam meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi
- Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi
- Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali informasi secara lebih luas dan bahkan tidak terbatas
III. PROGRAM E-LEARNING
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan (Natakusumah, 2002).
Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan komputer selama pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:
a. Mengerti tentang e-learning,
b. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa,
c. Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru,
d. Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik,
e. Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari,
f. Melakukan training dan praktek secara elektronik,
g. Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,
h. Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya.
Sementara itu untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang perlu dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara lain :
- Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak pengajar
- Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (frequently ask question), sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online
- Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi, papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya.
IV. EFEKTIFITAS E-LEARNING
Program e-learning yang efektif dimulai dengan perencanaan dan terfokus pada kebutuhan bahan pelajaran dan kebutuhan mahasiswa. Teknologi yang tepat hanya dapat diseleksi ketika elemen-elemen ini dimengerti secara detil. Kenyataannya, kesuksesan program e-learning berhubungan dengan usaha yang konsisten dan terintegrasi dari mahasiswa, fakultas, falilitator, staf penunjang, dan administrator.
- Mahasiswa. Sehubungan dengan konteks pendidikan, peran utama dari mahasiswa adalah untuk belajar dengan sukses, merupakan tugas yang penting, sehingga perlu didukung oleh keadaan lingkungan yang baik, membutuhkan motivasi, perencanaan dan kemampuan untuk menganalisa dengan menggunakan instruksi atau modul yang terbaik. Ketika instruksi disampaikan pada suatu jarak tertentu, menghasilkan tantangan tambahan karena mahasiswa sering terpisah dari kebersamaan latar belakang dan interes lainnya, mempunyai hanya sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan dosen diluar kelas, dan harus bergantung pada hubungan teknis untuk menjembatani gap pemisah mahasiswa di dalam kelas.
- Lembaga/Universitas. Kesuksesan semua usaha e-learning bergantung juga pada tanggung jawab lembaga/universitas. Fakultas bertanggung jawab pada pemahaman materi dan pengembangan pemahaman tersebut sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.
- Fasilitator. Fakultas merasa lebih efisien bila berhubungan dengan fasilitator setempat yang bertindak sebagai jembatan antara mahasiswa dan fakultas. Supaya lebih efektif, seorang fasilitator harus mengerti kebutuhan para mahasiswa yang dilayani dan harapan yang diinginkan fakultas. Lebih penting lagi, fasilitator harus mengikuti arahan yang sudah ditentukan oleh fakultas. Mereka perlu menyiapkan peralatan, mengumpulkan tugas para mahasiswa, melakukan tes, dan bertindak sebagai instruktur setempat.
- Staf Penunjang. Kebayakan kesuksesan program e-learning berhubungan juga dengan penunjangan fungsi-fungsi pelayanan seperti registrasi mahasiswa, perbanyakan dan penyampaian materi kuliah, pemesanan buku teks, penjagaan copyright, penjadwalan, pemrosesan laporan, pengelolaan sumber daya teknis, dll. Staf penunjang merupakan kebutuhan utama untuk menciptakan keadaan, sehingga e-learning tetap pada jalur yang benar.
- Administrator. Meskipun administrator biasanya ikut dalam perencanaan suatu program e-learning, mereka sering kehilangan kontak dengan manajer teknis ketika program sedang beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil keputusan, dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan personel teknis dan staf penunjang, meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa e-learning merupakan tanggung jawab utama.
V. STRATEGI E-LEARNING
Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan; memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan mahasiswa.
Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari sumber-sumber yang valid dan dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli (experts). Misalnya, tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin mobil. Dengan animasi 3 dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari mesin otomotif dua langkah.
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
- Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
- Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
- Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa.
- Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
- Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.
Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin.
Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan Computer-based Multimedia Communication (CMC) sebagai cara penyampaian materi e-learning bersifat sinkron (synchronous) dan asinkron (asynchronous). Sinkron artinya bahwa dosen dan mahasiswa berinteraksi secara waktu nyata (real time), beberapa perlatan yang menggunakan cara ini harganya relatif mahal. Penyampaian materi dengan asinkron tidak secara bersamaan, dosen menyampaikan instruksi melalui video, komputer atau lainnya, dan mahasiswa merespon pada lain waktu. Misalnya instruksi disampaikan melalui web atau dan feedback disampaikan melalui e-mail.
Dengan menggunakan pendekatan yang terintegrasi , salah satu kegiatan dosen adalah menyeleksi dengan cermat berbagai teknologi yang akan digunakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan para mahasiswa dalam memahami materi secara efektif dan ekonomis
Dari ramalan dan pandangan para cendekiawan di atas masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga dan kompetitif’. Demikian juga di Indonesia arah penyerapan tenaga kerja akan ditentukan oleh kompetensi yang dibuktikan oleh sertifikat kompetensi, yang diberikan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi kepada peserta didik dan masyarakat yang dinyatakan lulus setelah mengikuti uji kompetensi tertentu (pasal 61 ayat 3). Dalam mengantisipasi perkembangan global dan kemajuan teknologi komunikasi, maka pendidikan jarak jauh diakomodasikan dalam sisdiknas, sebagai paradigma baru pendidikan. Pendidikan jarak jauh tersebut dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang berfungsi untuk memeberi layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular (pasal 31 ayat 1 dan 2).
Penerapan awal e-learning di Indonesia dimulai ketika universitas terbuka (UT) muncul (dapat diakses pada alamat http://www.ut.ac.id sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2), saat itulah e-learning dimulai. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%.
Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
VII. KESIMPULAN
- Keberhasilan e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dan adanya pola pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut.
- Bila pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antar kelompok, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pembelajaran yang selama ini berlaku.
- Teknologi informasi dan telekomunikasi yang murah dan mudah akan menghilangkan batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi antara lain adalah: (1) Mahasiswa dapat dengan mudah mengambil matakuliah dimanapun tanpa terbatas lagi pada batasan institusi & negara; (2) Mahasiswa dapat dengan mudah berguru dan berdiskusi dengan para tenaga ahli atau pakar di bidang yang diminatinya; (3) Materi kuliah bahkan dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa tergantung pada perguruan tinggi dimana mahasiswa belajar. Berbagai peluang tersebut diatas masih menghadapi tantangan baik dari biaya, kesiapan infrastuktur teknologi informasi, masyarakat, dan peraturan yang mendukung terhadap kelangsungan e-learning.
Selasa, 30 April 2013
Learning Source
1. Pengertian sumber belajar.
Pengajaran merupakan suatu prosessistematis yang meliputi banyak komponen salah satunya adalah sumber belajar. Segala dayayang dapat digunakan untuk kepentingan proses/ aktivitas pengajaran baik secaralangsung maupun tidak langsung diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung tersebut sumber belajar. Sumber belajar menurut Ahmad Rohani dan Abu Ajmadi mempunyai pengertian segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan atau aktivitas pengajaran baiksecara langsung maupun tidak langsung, diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung.
Pengajaran merupakan suatu prosessistematis yang meliputi banyak komponen salah satunya adalah sumber belajar. Segala dayayang dapat digunakan untuk kepentingan proses/ aktivitas pengajaran baik secaralangsung maupun tidak langsung diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung tersebut sumber belajar. Sumber belajar menurut Ahmad Rohani dan Abu Ajmadi mempunyai pengertian segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan atau aktivitas pengajaran baiksecara langsung maupun tidak langsung, diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung.
Sumber belajar digunakan sebesar-besarnya
untuk meningkatkan proses belajar, termasuk di dalamnya bahan, alat,
teknik, setting, materi pelajaran dan personil. Untuk memilih sumber
belajar yang sesuai, maka dalam belajar kimia diperlukan pengkajian
terhadap sumber belajar tersebut.
Dengan menggunakan sumber belajar yang
diorganisasi dengan baik, maka akan diperoleh permasalahan, pemecahan,
pengalaman dan keterampilan karena pada hakekatnya sumber belajar adalah
segala sesuatu yang mendukung dan membantu berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Menurut Arif I. Sadiman, sumber belajar adalah yang
ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan
memudahkan terjadinya proses belajar.
Edgar Dale menyatakan bahwa sumber
belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas,
yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami,
yang dapat menimbulkan peristiwa belajar.Maksudnya adanya perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.
Menurut Asosiasi teknologi komponen
pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data,
orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberikan fasilitas
(kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan,
orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan.
2. Klasifikasi Sumber Belajar (AECT).
AECT (Association For Education Communication and Technology) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6, yaitu :
2. Orang (People), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan.
3. Bahan (Material), yaitu perangkat lunak yangmengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri.
4. Alat (Devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. 5. Teknik (Techniques), yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.
6. Lingkungan (Setting), yaitu situasi sekitar dimana pesan disampaikan, baik lingkungan fisik maupun non fisik. Pesan : dalam sistem persekolahan, maka pesan ini berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa.Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sumber belajar yang dirancang (learning recources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan pembelajaran. Contoh buku pelajaran modul, program audio, program slide suara, transparansi.
b. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning recources by utilization) yaitu sumber belajar yang tidaksecara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Contohnya pejabat pemerintah, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran TV, dan lain-lain.
3. Ciri-ciri Sumber Belajar.
Secara garis besar sumber belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sumber belajar harus mampu
memberikankekuatan dalam proses belajar-mengajar sehingga tujuan
intruksional dapat tercapai secara maksimal.
b. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai intruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai tujuan yang ada.
c. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tak terorganisasi dan tak sistematis baik dalam bentuk maupun isi.
2. Tidak mempunyai tujuan intruksional yang eksplisit.
3. Hanya dipergunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu secara insidental.
4. Dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan intruksional.
d. Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.
b. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai intruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai tujuan yang ada.
c. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tak terorganisasi dan tak sistematis baik dalam bentuk maupun isi.
2. Tidak mempunyai tujuan intruksional yang eksplisit.
3. Hanya dipergunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu secara insidental.
4. Dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan intruksional.
d. Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.
4. Manfaat Sumber Belajar.
Pengalaman sains dapat diperoleh dengan
mengambil segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar berupa objek
studibaik benda hidup maupun benda tak hidup, sehingga siswa dapat
mempelajari melalui indranya. Oleh karena itu, obyek atau gejala-gejala
kimia yang terdapat di sekitar kita dapat kita manfaatkan sebagai sumber
belajar kimia. Manfaat sumberbelajar tersebut antara lain
1. Memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidakmungkin diadakan, dikunjungi ataupun dilihat secara langsung dan kongkret.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala kajian yang ada di dalam kelas.
4. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru.
5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro.
6. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
7. Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidakmungkin diadakan, dikunjungi ataupun dilihat secara langsung dan kongkret.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala kajian yang ada di dalam kelas.
4. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru.
5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro.
6. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
7. Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
b. Sumber Belajar Pendidikan Kimia
Suatu penelitian dapat digunakan sebagai
sumber belajar meliputi 2 hal pokok, yaitu proses dan hasil penelitian.
Proses dan hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan guru dalam
menyusun materi dan kegiatan belajar-mengajar. Ada beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam memanfaatkan sumber belajar agar proses
belajar-mengajar dapat berjalan dan berlangsung efektif yaitu :
1. Kejelasan potensi,
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar,
3. Kejelasan sasaran,
4. Kejelasan informasi yang ingin diungkap,
5. Kejelasan eksplorasinya. Pemanfaatan hasil dan proses penelitian kimia sebagai sumber belajar di SMA/ MA dapat dilakukan dengan praktikum di laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Kejelasan potensi,
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar,
3. Kejelasan sasaran,
4. Kejelasan informasi yang ingin diungkap,
5. Kejelasan eksplorasinya. Pemanfaatan hasil dan proses penelitian kimia sebagai sumber belajar di SMA/ MA dapat dilakukan dengan praktikum di laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan ketrampilan pengamatan, manipulasi, instrumentasi dan preparatif,
b. Memperoleh pengetahuan kimia,
c. Mengenal ketelitian dan ketertiban kerja laboratorium,
d. Merekam secara cermat dan mengkombinasikan hasil secara jelas,
e. Mengembangkan tanggung jawab perorangan dan realitas dalam pelaksanaan eksperimen,
f. Merencanakan dan melaksanakan kerja laboratorium dengan menggunakan sumber-sumber laboratorium secara efektif.
Serangkaian kegiatan-kegiatan di laboratorium dilakukan untuk mencapai tujuan pengajaran laboratorium. Kegiatan khusus yang biasanya dilakukan siswa dalam kerja laboratorium meliputi :
a. Merencanakan eksperimendan menyusun hipotesis,
b. Merakit bahan dan peralatan,
c. Melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alamiah,
d. Melakukan pengamatan terhadap sesuatu proses yang terjadi dalam laboratorium yang tertutup,
e. Mengumpulkan dan mencatat data,
f. Melakukan modifikasi peralatan,
g. Melakukan pembacaan pada alat-alat pengukur, h. Mengkalibrasi peralatan,
i. Menghubungkan bahan dengan grafik,
j. Menarik kesimpulan dari data,
k. Membuat laporan eksperimen,
l. Memberikan penjelasan tentang eksperimen yang dilakukan,
m. Mengindentifikasikan permasalahan untuk studi lanjutan,
n. Melepas, membersihkan, menyimpan dan memperbaiki peralatan.
Siswa akan dapat mempelajari kimia dengan kegiatan praktikum melalui
pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses kimia. Praktikum dapat pula melatih berpikir secara ilmiah, dapat menambah serta mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Metode ilmiah dalam pendidikan IPA membudayakan sikap ilmiah kepada anak didik antara lain bergairah, ingin tahu, disertai cermat dalam mengambil dan mengukur, terbuka, objektif, jujur, dan skeptis, taat asas, kritis dan runtut dalam berpikir, tekun, ulet dan penuh tanggung jawab.
c. Proses Belajar-Mengajar Kimia
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman, sedangkan pengalaman merupakan interaksi siswa dengan lingkungan, baik lingkungan fisik seperti buku pelajaran, alat pelajaran, fasilitas laboratorium dan sebagainya maupun lingkungan sosial seperti guru, siswa lain, tutor, pembimbing dilaboratorium, nara sumber, dan sebagainya. Menurut Tabrani Rusran, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
b. Memperoleh pengetahuan kimia,
c. Mengenal ketelitian dan ketertiban kerja laboratorium,
d. Merekam secara cermat dan mengkombinasikan hasil secara jelas,
e. Mengembangkan tanggung jawab perorangan dan realitas dalam pelaksanaan eksperimen,
f. Merencanakan dan melaksanakan kerja laboratorium dengan menggunakan sumber-sumber laboratorium secara efektif.
Serangkaian kegiatan-kegiatan di laboratorium dilakukan untuk mencapai tujuan pengajaran laboratorium. Kegiatan khusus yang biasanya dilakukan siswa dalam kerja laboratorium meliputi :
a. Merencanakan eksperimendan menyusun hipotesis,
b. Merakit bahan dan peralatan,
c. Melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alamiah,
d. Melakukan pengamatan terhadap sesuatu proses yang terjadi dalam laboratorium yang tertutup,
e. Mengumpulkan dan mencatat data,
f. Melakukan modifikasi peralatan,
g. Melakukan pembacaan pada alat-alat pengukur, h. Mengkalibrasi peralatan,
i. Menghubungkan bahan dengan grafik,
j. Menarik kesimpulan dari data,
k. Membuat laporan eksperimen,
l. Memberikan penjelasan tentang eksperimen yang dilakukan,
m. Mengindentifikasikan permasalahan untuk studi lanjutan,
n. Melepas, membersihkan, menyimpan dan memperbaiki peralatan.
Siswa akan dapat mempelajari kimia dengan kegiatan praktikum melalui
pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses kimia. Praktikum dapat pula melatih berpikir secara ilmiah, dapat menambah serta mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Metode ilmiah dalam pendidikan IPA membudayakan sikap ilmiah kepada anak didik antara lain bergairah, ingin tahu, disertai cermat dalam mengambil dan mengukur, terbuka, objektif, jujur, dan skeptis, taat asas, kritis dan runtut dalam berpikir, tekun, ulet dan penuh tanggung jawab.
c. Proses Belajar-Mengajar Kimia
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman, sedangkan pengalaman merupakan interaksi siswa dengan lingkungan, baik lingkungan fisik seperti buku pelajaran, alat pelajaran, fasilitas laboratorium dan sebagainya maupun lingkungan sosial seperti guru, siswa lain, tutor, pembimbing dilaboratorium, nara sumber, dan sebagainya. Menurut Tabrani Rusran, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
Ini berarti bahwa tujuan suatu kegiatan
belajar ialah mencapai perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap. Menurut Nasution
yang dikutib oleh Muhibbin Syah, mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisir atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Lingkungan dalam pengertian disini tidak
hanya ruang kelas (ruang belajar) tetapi juga meliputi guru, alat
peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan
kegiatan belajar siswa. Dari pengertian-pengertian di atas, kita ketahui
bahwa belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk kepada apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai yang menerima pelajaran (peserta didik),
sedang mengajar menunjuk kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang
guru yang menjadi pengajar. Jadi, mengajar merupakan proses interaksi
antara guru dan peserta didik pada saat proses pengajaran. Ilmu kimia
merupakan ilmu yang dekat dengan kehidupan, oleh karena itu dalam
pembelajarannya harus selalu dihubungkan dengan kehidupan dan
aplikasinya, sehingga siswa merasa bahwa ilmu tersebut penting dan
dibutuhkan dalam kehidupannya. Lebih lanjut lagi I Made Sukarna
menjelaskan bahwa pada proses belajar-mengajar kimia, siswa tidak hanya
disuguhi konsep-konsep yang merupakan hasil metode ilmiah tetapi harus
diarahkan untuk melakukan proses sehingga mempunyai keterampilan atau
sikap seperti yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan.
Kegiatan pembelajaran ilmu kimia lebih
diarahkan kepada kegiatanyang mendorong siswa untuk belajar lebih aktif,
baik secara fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep, yaitu
dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses
menurut Conny Semiawan merupakan pendekatan dalam proses
pembelajaranyang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses akan
mendorong siswa untuk aktif dalam belajar-mengajar. Dengan keaktifan
seperti itu baik secara intelektual maupun emosional siswa ikut terlibat
dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan
yang didapat akan lebih dihargai oleh siswa karena ia ikut turut
berperan dalam mendapatkannya.
Dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar kimia, guru dituntut kreatifitasnya dalam memilih
metode mengajar, menyeleksi materi pelajaran, mengembangkan minat dan
kemampuan serta keterampilan siswa, menggunakan fasilitas belajar secara
tepat serta menggunakan sumber belajar yang sesuai sehingga tujuan
proses belajar-mengajar yang telah ditentukan akan dapat tercapai dengan
baik. Lebih lanjut lagi Conny Semiawan mengungkapkan bahwa dalam
kegiatan belajar-mengajar tugas guru tidak hanya memberikan pengetahuan,
melainkan menyiapkan situasi yang dapat menggiring siswa atau anak
didik untuk aktif bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen serta dapat
menemukan fakta dan konsep sendiri. Hal ini sejalan dengan apa yang
diinginkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Oleh
karenaitu penerapan pendekatan konsep yang diinginkan oleh KTSP
merupakan hal yang tepat dilaksanakan dalam menunjang proses
belajar-mengajar kimia.
Langganan:
Postingan (Atom)