1. Pengertian sumber belajar.
Pengajaran merupakan suatu prosessistematis yang meliputi banyak komponen salah satunya adalah sumber belajar. Segala dayayang dapat digunakan untuk kepentingan proses/ aktivitas pengajaran baik secaralangsung maupun tidak langsung diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung tersebut sumber belajar. Sumber belajar menurut Ahmad Rohani dan Abu Ajmadi mempunyai pengertian segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan atau aktivitas pengajaran baiksecara langsung maupun tidak langsung, diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung.
Pengajaran merupakan suatu prosessistematis yang meliputi banyak komponen salah satunya adalah sumber belajar. Segala dayayang dapat digunakan untuk kepentingan proses/ aktivitas pengajaran baik secaralangsung maupun tidak langsung diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung tersebut sumber belajar. Sumber belajar menurut Ahmad Rohani dan Abu Ajmadi mempunyai pengertian segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan atau aktivitas pengajaran baiksecara langsung maupun tidak langsung, diluar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung.
Sumber belajar digunakan sebesar-besarnya
untuk meningkatkan proses belajar, termasuk di dalamnya bahan, alat,
teknik, setting, materi pelajaran dan personil. Untuk memilih sumber
belajar yang sesuai, maka dalam belajar kimia diperlukan pengkajian
terhadap sumber belajar tersebut.
Dengan menggunakan sumber belajar yang
diorganisasi dengan baik, maka akan diperoleh permasalahan, pemecahan,
pengalaman dan keterampilan karena pada hakekatnya sumber belajar adalah
segala sesuatu yang mendukung dan membantu berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Menurut Arif I. Sadiman, sumber belajar adalah yang
ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan
memudahkan terjadinya proses belajar.
Edgar Dale menyatakan bahwa sumber
belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas,
yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami,
yang dapat menimbulkan peristiwa belajar.Maksudnya adanya perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.
Menurut Asosiasi teknologi komponen
pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data,
orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberikan fasilitas
(kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan,
orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan.
2. Klasifikasi Sumber Belajar (AECT).
AECT (Association For Education Communication and Technology) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6, yaitu :
2. Orang (People), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan.
3. Bahan (Material), yaitu perangkat lunak yangmengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri.
4. Alat (Devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. 5. Teknik (Techniques), yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.
6. Lingkungan (Setting), yaitu situasi sekitar dimana pesan disampaikan, baik lingkungan fisik maupun non fisik. Pesan : dalam sistem persekolahan, maka pesan ini berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa.Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sumber belajar yang dirancang (learning recources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan pembelajaran. Contoh buku pelajaran modul, program audio, program slide suara, transparansi.
b. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning recources by utilization) yaitu sumber belajar yang tidaksecara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Contohnya pejabat pemerintah, waduk, museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran TV, dan lain-lain.
3. Ciri-ciri Sumber Belajar.
Secara garis besar sumber belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sumber belajar harus mampu
memberikankekuatan dalam proses belajar-mengajar sehingga tujuan
intruksional dapat tercapai secara maksimal.
b. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai intruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai tujuan yang ada.
c. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tak terorganisasi dan tak sistematis baik dalam bentuk maupun isi.
2. Tidak mempunyai tujuan intruksional yang eksplisit.
3. Hanya dipergunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu secara insidental.
4. Dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan intruksional.
d. Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.
b. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai intruksional edukatif yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai tujuan yang ada.
c. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tak terorganisasi dan tak sistematis baik dalam bentuk maupun isi.
2. Tidak mempunyai tujuan intruksional yang eksplisit.
3. Hanya dipergunakan menurut keadaan dan tujuan tertentu secara insidental.
4. Dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan intruksional.
d. Sumber belajar yang dirancang mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.
4. Manfaat Sumber Belajar.
Pengalaman sains dapat diperoleh dengan
mengambil segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar berupa objek
studibaik benda hidup maupun benda tak hidup, sehingga siswa dapat
mempelajari melalui indranya. Oleh karena itu, obyek atau gejala-gejala
kimia yang terdapat di sekitar kita dapat kita manfaatkan sebagai sumber
belajar kimia. Manfaat sumberbelajar tersebut antara lain
1. Memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidakmungkin diadakan, dikunjungi ataupun dilihat secara langsung dan kongkret.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala kajian yang ada di dalam kelas.
4. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru.
5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro.
6. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
7. Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidakmungkin diadakan, dikunjungi ataupun dilihat secara langsung dan kongkret.
3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala kajian yang ada di dalam kelas.
4. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru.
5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan baik dalam lingkup mikro maupun makro.
6. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
7. Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
b. Sumber Belajar Pendidikan Kimia
Suatu penelitian dapat digunakan sebagai
sumber belajar meliputi 2 hal pokok, yaitu proses dan hasil penelitian.
Proses dan hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan guru dalam
menyusun materi dan kegiatan belajar-mengajar. Ada beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam memanfaatkan sumber belajar agar proses
belajar-mengajar dapat berjalan dan berlangsung efektif yaitu :
1. Kejelasan potensi,
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar,
3. Kejelasan sasaran,
4. Kejelasan informasi yang ingin diungkap,
5. Kejelasan eksplorasinya. Pemanfaatan hasil dan proses penelitian kimia sebagai sumber belajar di SMA/ MA dapat dilakukan dengan praktikum di laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Kejelasan potensi,
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar,
3. Kejelasan sasaran,
4. Kejelasan informasi yang ingin diungkap,
5. Kejelasan eksplorasinya. Pemanfaatan hasil dan proses penelitian kimia sebagai sumber belajar di SMA/ MA dapat dilakukan dengan praktikum di laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan ketrampilan pengamatan, manipulasi, instrumentasi dan preparatif,
b. Memperoleh pengetahuan kimia,
c. Mengenal ketelitian dan ketertiban kerja laboratorium,
d. Merekam secara cermat dan mengkombinasikan hasil secara jelas,
e. Mengembangkan tanggung jawab perorangan dan realitas dalam pelaksanaan eksperimen,
f. Merencanakan dan melaksanakan kerja laboratorium dengan menggunakan sumber-sumber laboratorium secara efektif.
Serangkaian kegiatan-kegiatan di laboratorium dilakukan untuk mencapai tujuan pengajaran laboratorium. Kegiatan khusus yang biasanya dilakukan siswa dalam kerja laboratorium meliputi :
a. Merencanakan eksperimendan menyusun hipotesis,
b. Merakit bahan dan peralatan,
c. Melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alamiah,
d. Melakukan pengamatan terhadap sesuatu proses yang terjadi dalam laboratorium yang tertutup,
e. Mengumpulkan dan mencatat data,
f. Melakukan modifikasi peralatan,
g. Melakukan pembacaan pada alat-alat pengukur, h. Mengkalibrasi peralatan,
i. Menghubungkan bahan dengan grafik,
j. Menarik kesimpulan dari data,
k. Membuat laporan eksperimen,
l. Memberikan penjelasan tentang eksperimen yang dilakukan,
m. Mengindentifikasikan permasalahan untuk studi lanjutan,
n. Melepas, membersihkan, menyimpan dan memperbaiki peralatan.
Siswa akan dapat mempelajari kimia dengan kegiatan praktikum melalui
pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses kimia. Praktikum dapat pula melatih berpikir secara ilmiah, dapat menambah serta mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Metode ilmiah dalam pendidikan IPA membudayakan sikap ilmiah kepada anak didik antara lain bergairah, ingin tahu, disertai cermat dalam mengambil dan mengukur, terbuka, objektif, jujur, dan skeptis, taat asas, kritis dan runtut dalam berpikir, tekun, ulet dan penuh tanggung jawab.
c. Proses Belajar-Mengajar Kimia
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman, sedangkan pengalaman merupakan interaksi siswa dengan lingkungan, baik lingkungan fisik seperti buku pelajaran, alat pelajaran, fasilitas laboratorium dan sebagainya maupun lingkungan sosial seperti guru, siswa lain, tutor, pembimbing dilaboratorium, nara sumber, dan sebagainya. Menurut Tabrani Rusran, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
b. Memperoleh pengetahuan kimia,
c. Mengenal ketelitian dan ketertiban kerja laboratorium,
d. Merekam secara cermat dan mengkombinasikan hasil secara jelas,
e. Mengembangkan tanggung jawab perorangan dan realitas dalam pelaksanaan eksperimen,
f. Merencanakan dan melaksanakan kerja laboratorium dengan menggunakan sumber-sumber laboratorium secara efektif.
Serangkaian kegiatan-kegiatan di laboratorium dilakukan untuk mencapai tujuan pengajaran laboratorium. Kegiatan khusus yang biasanya dilakukan siswa dalam kerja laboratorium meliputi :
a. Merencanakan eksperimendan menyusun hipotesis,
b. Merakit bahan dan peralatan,
c. Melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alamiah,
d. Melakukan pengamatan terhadap sesuatu proses yang terjadi dalam laboratorium yang tertutup,
e. Mengumpulkan dan mencatat data,
f. Melakukan modifikasi peralatan,
g. Melakukan pembacaan pada alat-alat pengukur, h. Mengkalibrasi peralatan,
i. Menghubungkan bahan dengan grafik,
j. Menarik kesimpulan dari data,
k. Membuat laporan eksperimen,
l. Memberikan penjelasan tentang eksperimen yang dilakukan,
m. Mengindentifikasikan permasalahan untuk studi lanjutan,
n. Melepas, membersihkan, menyimpan dan memperbaiki peralatan.
Siswa akan dapat mempelajari kimia dengan kegiatan praktikum melalui
pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses kimia. Praktikum dapat pula melatih berpikir secara ilmiah, dapat menambah serta mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Metode ilmiah dalam pendidikan IPA membudayakan sikap ilmiah kepada anak didik antara lain bergairah, ingin tahu, disertai cermat dalam mengambil dan mengukur, terbuka, objektif, jujur, dan skeptis, taat asas, kritis dan runtut dalam berpikir, tekun, ulet dan penuh tanggung jawab.
c. Proses Belajar-Mengajar Kimia
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman, sedangkan pengalaman merupakan interaksi siswa dengan lingkungan, baik lingkungan fisik seperti buku pelajaran, alat pelajaran, fasilitas laboratorium dan sebagainya maupun lingkungan sosial seperti guru, siswa lain, tutor, pembimbing dilaboratorium, nara sumber, dan sebagainya. Menurut Tabrani Rusran, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
Ini berarti bahwa tujuan suatu kegiatan
belajar ialah mencapai perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
aspek pengetahuan, keterampilan, maupun aspek sikap. Menurut Nasution
yang dikutib oleh Muhibbin Syah, mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisir atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Lingkungan dalam pengertian disini tidak
hanya ruang kelas (ruang belajar) tetapi juga meliputi guru, alat
peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan
kegiatan belajar siswa. Dari pengertian-pengertian di atas, kita ketahui
bahwa belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk kepada apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai yang menerima pelajaran (peserta didik),
sedang mengajar menunjuk kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang
guru yang menjadi pengajar. Jadi, mengajar merupakan proses interaksi
antara guru dan peserta didik pada saat proses pengajaran. Ilmu kimia
merupakan ilmu yang dekat dengan kehidupan, oleh karena itu dalam
pembelajarannya harus selalu dihubungkan dengan kehidupan dan
aplikasinya, sehingga siswa merasa bahwa ilmu tersebut penting dan
dibutuhkan dalam kehidupannya. Lebih lanjut lagi I Made Sukarna
menjelaskan bahwa pada proses belajar-mengajar kimia, siswa tidak hanya
disuguhi konsep-konsep yang merupakan hasil metode ilmiah tetapi harus
diarahkan untuk melakukan proses sehingga mempunyai keterampilan atau
sikap seperti yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan.
Kegiatan pembelajaran ilmu kimia lebih
diarahkan kepada kegiatanyang mendorong siswa untuk belajar lebih aktif,
baik secara fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep, yaitu
dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses
menurut Conny Semiawan merupakan pendekatan dalam proses
pembelajaranyang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses akan
mendorong siswa untuk aktif dalam belajar-mengajar. Dengan keaktifan
seperti itu baik secara intelektual maupun emosional siswa ikut terlibat
dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan
yang didapat akan lebih dihargai oleh siswa karena ia ikut turut
berperan dalam mendapatkannya.
Dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar kimia, guru dituntut kreatifitasnya dalam memilih
metode mengajar, menyeleksi materi pelajaran, mengembangkan minat dan
kemampuan serta keterampilan siswa, menggunakan fasilitas belajar secara
tepat serta menggunakan sumber belajar yang sesuai sehingga tujuan
proses belajar-mengajar yang telah ditentukan akan dapat tercapai dengan
baik. Lebih lanjut lagi Conny Semiawan mengungkapkan bahwa dalam
kegiatan belajar-mengajar tugas guru tidak hanya memberikan pengetahuan,
melainkan menyiapkan situasi yang dapat menggiring siswa atau anak
didik untuk aktif bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen serta dapat
menemukan fakta dan konsep sendiri. Hal ini sejalan dengan apa yang
diinginkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Oleh
karenaitu penerapan pendekatan konsep yang diinginkan oleh KTSP
merupakan hal yang tepat dilaksanakan dalam menunjang proses
belajar-mengajar kimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar